Om Swastyastu
Om Ano Bhadrah Kretavo Yantu Visvatah (Semoga Pikiran Yang Baik datang dari Segala Penjuru)
Para pinandita yang meraga suci
Yang saya hormati para manggala Parisada Hindu Dharma Indonesia Kab/Kota dan Kecamatan yang berkenan hadir
Yang saya hormati para manggala Suka Duka Hindu Dharma banjar Bekasi
Umat sedharma yang saya banggakan
Pertama mari kita haturkan puja astungkara kehadapan Ida SangHyang Widhi, Sesuhunan yang melinga ring Pura Agung Tirtha Bhuana Bekasi, karena atas asungkerta wara nugaraha-Nya kita dapat berkumpul bersama dalam keadaan sehat, untuk melaksanakan persembahyangan bersama pada hari ini Purnama Penanggal ping 15 Diesta 1944 Caka
Terima kasih pula saya sampaikan kepada pengenter acara, yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk mengabdikan diri pada masyarakat dalam wujud menyampaikan Dharma Wacana.
Bertepatan dengan Purnama 15 Diesta 1944 Caka kali ini saya mengangkat topik : “Mengamalkan Ajaran Anresangsya Menuju Persatuan dan Menghindari Perselisihan”
Topik ini dirasakan perlu dengan latar belakang analisis terhadap :
- Fenomena akhir-akhir ini ditengah masyarakat cenderung terjadi perselisihan pendapat yang memiliki potensi membesar dan mengganggu dan meresahkan masyarakat jika tidak adanya pengendalian diri dan kesadaran akan mengamalkan ajaran Anresangsia
- Topik ini relevan dengan Purnama Diesta yang secara historis termasuk babakan dalam penetapan tarikh caka yang merupakan penutup permusuhan yang terjadi dalam masyarakat India dalam Hinstorisnya.
Bapak – Ibu, Umat sedharma yang berbahagia,
Dalam sejarahnya tarikh Caka menjadi tonggak sejarah yang gmenutup permusuhan/perselisihan antar suku yang berkepanjangan pada suku bangsa-bangsa di India. Sebelum lahirnya tarikh Caka, suku bangsa di India dilanda permusuhan dan perselisihan yang tiada henti dan berkepanjangan. Antara lain suku – suku yang bertikai yaitu suku Pahlawa, suku Yuenchi, suku Yuwana, suku Malawa, dan suku Saka. Suku-suku tersebut silih berganti naik tahta, saling menundukkan satu sama lain.
Suku bangsa Saka telah benar-benar bosan dengan keadaan ini dan mengalihkan perjuangannya dari perjuangan politik dan militer kepada perjuangan kebudayaan dan kesejahteraan. Dengan keberhasilan suku Saka dengan kebudayaan-kebudayaanya benar-benar dengan cepat memasyarakat.
Pada saat dinasti Kusyana dari suku bangsa Yuenchi memegang kekuasaan India, terketuk hatinya atas perjuangan kebudayaan dan kesejahteraan yang dilakukan sehingga kekuasaan pada akhirnya tidak lagi digunakan untuk saling menundukkan tetapi digunakan untuk merangkul semua suku bangsa yang ada, menurunkan Ego, menghilangkan rasa mementingkan diri sendiri, golongan/kelompok yang dalam ajaran Hindu disebut Anresangsya.
Tahun 79 Masehi Masa Raja Kaniska 1 dari dinasti Kusyana dari suku Yuenchi mengangkat Sistem Kalender Caka menjadi kalender kerajaan, semenjak itulah bangkit toleransi antar suku bangsa di India, bersatu padu membangun masyarakat sejahtera (Dharma Siddhi Yatra) dan kalender Caka berkembang mengkuti penyebaran agama Hindu ke seluruh dunia termasuk Indonesia.
Penyempurnaan-penyempurnaan tarikh Caka terus dilakukan temasuk tepat dengan hari ini Purnama Diesta Penanggal 15 Diesta 1600 Caka 344 tahun yang lalu untuk mengenang penobatan Raja Siwaji di India diumumkan Tarikh yang diberi nama Mahratta Raja Saka dengan tahun baru tiap bulan Dieta.
Rupanya kedua babakan sejarah di atas turut mempengaruhi Wariga yang digunakan umat Hindu di Indonesia dalam perhitungan dan penyusunan Kalender Caka yang digunakan dalam penentuan Waktu/Dewasa Pelaksanaan Upacara Yadnya uang sudah barang tentu tidak mendahului Anugrah Para Sulinggih yang akan muput pada setiap Yadhnya.
Pelajaran yang dapat kita petik dari sejarah/historis tersebut adalah dengan mengamalkan ajaran Anresangsya yaitu tidak mementingkan diri sendiri/kelompok maupun golongan , menurunkan ego kita masing-masing, kita dapat merangkul sesama dan mewujudkan persatuan dan menghindari perselisihan. Pustaka suci Sarasamucaya mengajarkan:
“Arjawam ca anresamsyam ca dammas cendranigrahah esa sadarano dharmas catur pvarnanye bravin manuh”
Semua golongan manusia dari catur warna apapun tersebut hendaknya mengembangkan :
Arjawa yaitu kejujuran, artinya terdapat kesamaan pikiran, perkataan dan perbuatan
Anresangsya yaitu tidak mementingkan diri sendiri sehingga terhindar dari perbuatan mencela atau menjelek-jelekan orang lain
Dama yaitu dapat menasehati diri sendiri.
Bapak-Ibu, Umat sedharma yang berbahagia,
Terkait Dama, bagaimana kita menasehati diri sendiri, kita coba melihat ke dalam diri. Hindu memiliki paradigma Paravidya dan Aparavidya dalam memperoleh pengetahuan. Hindu secara seiimbang memperoleh pengetahuan dengan mengobservasi/melihat objek dan sekaligus juga mengobservasi subjek. Artinya untuk mendapatkan pengetahuan itu Hindu mengajarkan bahwa terdapat pengetahuan transenden/imaterial dan pengetahuan yang imanen/material. Dalam sesuatu yang material selalu terdapat spirit yang harus secara seimbang kita eksplor dan ketahui. Disamping melihat keluar diri, mari kita lihat ke dalam diri kita masing-masing apakah kita sudah baik, ayo nasehati diri kita menuju yang lebih baik lagi.
Berikutnya dalam sloka yang sama diajarkan Indrianigraha yang artinya mengendalikan hawa nafsu, menjadilah individu yang tenang dan tidak emosi dan mudah marah atau nafsu berlebihan.
Dengan demikian kita akan menjadi manusia utuh, memiliki kesadaran bahwa diri kita yang sejati sesungguhnya memiliki spirit yang sama dengan manusia lainnya. Di dalam diri setiap mahluk bersemayam Atma yang pada hakekatnya berasal dari Brahman yang esa. Menyayangi orang lain sama dengan menyayangi diri sendiri.
Demikianlah yang dapat saya sampaikan dalam dharma wacana kali ini semoga bermanfaat bagi kita semua, bila ada kesalahan dalam kata dan tindakan yang sengaja maupun tidak, saya memohon maaf. Saya tutup dengan puja paramasantih.
Om Shantih, shantih, shantih om