Persembahyangan tilem sebagai upaya penyucian diri dan
menghindari pengaruh Awidya”
OM SWASTYASTU
OM AWIGNAM ASTU NAMO SIDHAM
OM SHIDIR ASTU TAT ASTU SWAHA
Para Pinandita, Manggala, tokoh dan Umat Se-Dharma yang berbahagia.
Pertama marilah kita senantiasa memanjatkan puja kehadapan Sang Hyang Widhi Wasa, karena atas Asung Kerta Waranugraha Nya kita diberikan kesempatan melaksanakan swadharma sebagai umat Hindu dalam acara Persembahyangan Tilem Ke-Dasa.
Ida Hyang Widhi telah meringankan langkah kaki kita menyusuri jalan yang tidak sedikit halangannya hingga kita sampai di tempat yang suci ini. Pertanyaanya apakah yang sesungguhnya tujuan kita ini ?
Untuk itu dalam Darma Wacana Kali ini saya akan membahas tema “Persembahyangan tilem sebagai upaya penyucian diri dan menghindari pengaruh Awidya”.
Umat Sedharma yang berbahagia
Hari ini adalah hari suci umat Hindu yang dirayakan dengan beryadnya dilaksanakan pada waktu tertentu yatu Hari Suci Tilem. Tilem adalah Hari Suci yang jatuh pada waktu bulan mati (Kresna Paksa) sesungguhnya terkait erat dengan Hari Suci Purnama yaitu jatuh pada bulan penuh (Sukla Paksa).
Hari suci Purnama Tilem ini mengajarkan kepada kita umat Hindu untuk menyadari adanya Rwa Bhineda atau dua sisi yang silih berganti hadir dalam kehidupan kita. Dalam kehidupan ini datang silih berganti antara Gelap dan terang, sedih dan bahagia, siang dan malam, baik dan buruk dan lainnya. Kita harus menyadari hal tersebut apapun keadaan kita hendaknya kita terima dengan penuh berserah diri kepada Hyang Widhi. Ketika kita bersedih janganlah kita sedih berlebihan dan berkepanjangan dan sadari akan datang kegembiraan setelahnya demikian juga ketika kita bahagia janganlah terlalu bahagia kita harus ingat akan datang juga kesedihan demikian silih berganti dalam kehidupan kita. Malam ini kita datang untuk berserah diri menghadap Hyang Widhi.
Hari Tilem penuh dengan suasana gelap karena secara ilmu astronomi letak bulan berada diantara matahari dan bumi, kegelapan ini adalah perlambang (simbul) bahwa Alam Makro kosmos diliputi Kegelapan/Awidya dan karena alam Mikrosmos juga memiliki unsur yang sama dengan makrokosmos maka juga mengalami hal yang sama yaitu diliputi Awidya/kegelapan termasuk jasmani dan rohani manusia itu sendiri.
Umat Hindu mengadakan Yadnya dan Persembahyangan sebagai upaya menghindari diri dari pengaruh Awidya/kegelapan tersebut. Awidya / kegelapan menyebabkan penderitaan.
Umat Se-Dharma yang berbahagia
Banyak sekali fakta dan Kenyataan yang terjadi sebagai contoh-contoh perilaku manusia sebagai pengaruh Awidya atau kegelapan tersebut. Perilaku manusia yang dipengaruhi Kegelapan akhir-akhir ini banyak kita saksikan terjadi di masyarakat secara fisik maupun di mesos antara lain : Banyaknya orang yang dengan mudahnya membuat Berita Bohong atau Hoak. Ini adalah cerminan jiwa yang mementingkan diri sendiri atau kelompoknya dengan maksud agar dapat menikmati keuntungan dari perilakunya.
Perilaku itu sangat bertentangan dengan ajaran Anresangsia di dalam Hindu yang artinya Tidak mementingkan sendiri.
Akibat perilaku yang mementingkan diri sendiri menyebar Hoak akan menimbulkan penderitaan bagi dirinya dan orang lain.
Contoh lainnya yaitu melakukan fitnah kepada individu atau kelompok, akan menyebabkan penderitaan kepada diri dan banyak orang, kekacauan akan terjadi akibat dari padanya. Melakukan Penganiayaan, meminum minuman keras, menghasut dan lainnya semua membawa penderitaan, itu semua adalah akibat dari adanya pengaruh Kegelapan/Awidya. Kurangnya pengetahuan, tuntunan moral dan pengetahuan agama yang sejati dan benar.
Umat Se-Dharma Yang berbahagia
Umat Hindu hendaknya berupaya untuk menghindari pengaruh Awidya tersebut, untuk itulah kita membutuhkan pencerahan sebagai pelita penerang kegelapan/Awidya.
Umat Se-Dharma yang berbahagia
Hindu mengenalkan Ajaran Catur Guru. Ada 4 sinangguh guru yaitu guru rupaka, guru pengajian, guru wisesa dan guru Swadyaya untuk memperoleh pencerahan dan menghindari Awidya. Guru yang berasal dari Bahasa sanskerta terdiri dari dua suku kata yaitu Gu (dark/gelap) dan Ru (light/terang atau cerah) jadi guru diartikan pencerah kegelapan.
Hari ini sejatinya adalah sebuah pembelajaran untuk mendapatkan pecerahan melalui guru Swadyaya, maha Guru yang telah mempersiapkan mekanisme didaktik dan metodiknya serta bahan ajarannya melalui Wahyu yang telah turunkan sebagai tuntunan bagi manusia dalam kitab suci Weda. Pemahaman Nilai-nilai ajaran dapat kita peroleh melalui Swadyaya (belajar sendiri/tuntunan guru) baik pencerahan jasmani maupun rohani. Guru Swadyaya telah menurunkan Weda sebagai penuntun dan memberikan rambu-rambu dalam menjalankan kehidupan untuk mencapai kembali ke kebahagiaan sejati dan terbebas dari Awidya, tentunya melalui tahapan-tahapan sesuai mekanisme dan tuntunanNya.
Umat Hindu agar selalu ingat melakukan penyucian diri baik jasmani maupun rohani melaksanakan suci laksana dengan jalan senantiasa menghubungkan diri dengan Sang Maha Guru Pencipta Ida Sang Hyang Widhi Wasa melalui Karma Yoga, Bhakti Yoga, Jnana Yoga dan Raja Yoga. Dengan Penyatuan pelaksanaan catur Yoga ini kita dapat menyucikan Stula Sarira, Suksme Sarira dan Antakarana sarira.
Manifestasi Sang Hyang Widhi yang berfungsi sebagai pelebur segala kekotoran/mala sebagai akibat pengaruh Awidya pada Hari suci Tilem adalah Sang Hyang Surya. Umat Hindu pada hari ini hendaknya melakukan penyucian diri serta melakukan berbagai Yadnya agar diberikan jalan Menuju sorga Loka oleh Sang Hyang Yamadipati seperti yang disebutkan dalam lontar Purwa Gama. Sorga berasal dari kata Swarga yang terdiri dari suku kata Swar (Sinar) dan Ga (Pergi) jadi Swarga adalah pergi Menuju tempat yang bersinar cerah tanpa ada lagi kegelapan / Awidya. Artinya tidak lagi diliputi oleh kegelapan/Awidya tetap sudah tercerahkan dan mencapai kebahagiaan dan kesucian.
Manawadharmasastra V. 109) menyebutkan :
Adbhirgatrani Suddyhati Manah Satyena Suddhyati Widyatapobhyam Bhutatma Buddhir Janena Suddhyati.
Artinya : Tubuh dibersihkan dengan air, pikiran disucikan dengan kebenaran, jiwa disucikan dengan pengetahuan (pelajaran suci, tapa, brata, kebijaksanaan).
Demikian yang dapat disampaikan dalam Dharma Wacana Kali ini Semoga Bermanfaat bagi kita semua
Om Shanti Shanti Shanti Om
Demikianlah acara persembahyangan tilem kedasa di Pura Agung Thirta Bhuana Bekasi berakhir tepat pukul 21.30 yang diakhiri dengan Panganjali Parama Shanti bersama seluruh umat se-dharma semuanya.
Om Santih, santih, santih, Om
Very interesting points you have noted, thanks for putting up.Blog monry